NASKAH DRAMA ESPECIALLY FOR YOU
Disusun Oleh Kelompok 1
Bella Apriliani
Bella Gabriela
Christin
Andy
KELAS XI AKUNTANSI 1
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN UNGGUL SAKTI
YAYASAN PENDIDIKAN UNGGUL SAKTI JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ESPECIALLY FOR YOU
Sehari sebelum acara seni paling
bergengsi Award For Artist digelar,
sang pianis terkenal bernama Naira menghampiri ayahnya yang sedang duduk di
balkon rumahnya.
Naira : (membawa secangkir
teh untuk ayahnya lalu duduk
disampingnya) ayah, datang ya ke Novotel
untuk melihat penampilan Naira besok malam, Naira
akan
memberikan sesuatu yang istimewa untuk ayah.
Ayah naira
: Ya, setelah pulang kerja, ayah pasti akan langsung datang
kesana.
(meminum teh yang diberikan Naira).
Naira : Janji ya, yah? (sambil mengancungkan
kelingking).
Ayah naira :
Iya, ayah janji.
***
Tiba saat dimana acara tersebut akan
digelar, beberapa menit menjelang penampilan Naira, tampak air muka Naira sangat
gelisah menanti kehadiran sang ayah yang belum kunjung datang.
Naira : Mana ya ayah? Kenapa tak kunjung datang
untuk melihat
Naira, ayah kan sudah janji. (tanyanya dalam
hati).
Saat
sedang gelisah di ruang tunggu, seseorang datang memberitahunya bahwa ia
sebentar lagi harus naik ke atas panggung. Tak lama kemudian, sang pembawa
acara mempersilahkan Naira untuk naik ke atas panggung.
Pembawa acara :
Mari kita beri sambutan meriah kepada penerima
penghargaan
Award Of Artist tahun ini, Naira!(disambut
dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton).
Naira : Pertama-tama saya
mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
YME
atas segalanya, dan untuk Dr. Frans yang telah mengadakan acara seni semewah
ini serta kepada para pendukung yang setia memilih saya. Terakhir, penghargaan
ini akan saya persembahkan kepada orang yang sangat berarti dalam hidup saya
yang dimana pada hari ini bertepatan dengan ulang tahunnya. Happy birthday, ayah! Naira sayang ayah
( sambil mengangkat tinggi penghargaan dan mengedarkan pandangan matanya ke
bangku VIP ).
Pembawa acara : Bagaimana jika langsung kita
persilahkan sang ayah
untuk naik ke atas panggung? (menatap mata
Naira).
Naira : Ayahku belum datang sekarang. Mungkin ia
sedikit
terlambat (nada mendesah).
Pembawa acara :
Kalau begitu, bagaimana jika
Naira menghibur kita semua
sebagai penutup acara ini?
Naira :
Baiklah , sebenarnya penampilan saya malam ini akan
saya
persembahkan untuk ayah saya yang berulang tahun malam ini. Namun saya akan
tetap menampilkan yang terbaik untuk semuanya.
Pembawa acara :
Kalau begitu langsung saja kita persilahkan Naira ....
***
Beberapa kilometer dari gedung
tersebut, terlihat
sang ayah sedang
kebingungan, menekan-nekan
beberapa
tombol di handphonenya. Jalanan
pada
saat
itu
sedang
macet
dikarenakan
adanya
perbaikan
jalan. Tanpa
ragu, ia
membanting stir melaju
kencang
dengan
mobil
Inovanya
untuk
mencari
jalan
pintas.
Ayah
Naira : Semoga
acara
itu
belum
selesai (katanya
dalam
hati,
sambil menghela napas panjang).
Jalan pintas tersebut pada malam itu sangat sepi, hanya
terdengar
suara
hewan, ayah melaju
mobilnya
dengan
sangat
cepat. Tiba-tiba mobilnya
terhenti
dikarenakan
beberapa
orang tampak mencegat didepan mobilnya.
Ayah
Naira : (keluar dari mobil) Ada apa
ini
anak
muda?
Brandalan :
Hei, pak tua, jangan banyak bicara.
Serahkan
Semua barang yang kau punya.
Ayah
Naira : Jika kalian ingin barang ku ambillah semuanya, tapi
janganlah
ambil mobilku, aku harus ke pentas seni anakku dan aku sudah terlambat dari
tadi, jadi tolong izinkanlah aku lewat (dengan nada pelan memohon).
Brandalan : Sudah jangan banyak bicara
pak tua, barang-barangmu
tidak
ada yang berharga semuanya, kalau tidak ambil mobilmu mau ambil apa ha?(membentak).
Sudah
ayo kita ambil mobilnya!(mengajak teman-teman nya).
Ayah Naira berusaha melawan, tanpa
banyak berpikir lagi para brandalan langsung mengeroyok Ayah Naira dengan keji. Dan memukul kepalanya dengan batu
bata.
Ayah Naira
: Tolong! Tolong! Tolong!(sambil
merintih
kesakitan).
Tiba-tiba datang seorang lelaki yang muda yang kebetulan
pada
saat
itu
melintasi
jalan
tersebut, lalu
menerjang
sekawanan
brandalan
tersebut, kemudian
berusaha
membantu ayah Naira yang
tengah sekarat.
Pemuda penolong (Reyhan) : Pak! Saya antar ke rumah sakit ya?(sambil
membantu
mendirikan badan Ayah Naira)
Ayah
naira : Sebentar nak, bapak janji akan
datang ke acara
pentas
seni anak bapak malam ini, seandainya
bapak sudah tidak bisa bertemu dengannya lagi, tolong kamu sampaikan permintaan
maaf dari bapak ya, dia sudah tidak punya siapa siapa lagi, tolong kamu jaga
dia ya ....(dengan suara berbisik dan terputus putus).
Reyhan : Bertahanlah pak (merangkul Ayah Naira untuk
masuk ke mobilnya).
Reyhan pun melaju secepat mungkin ke
rumah
sakit
terdekat. Sesampainya di
rumah sakit, Ayah Naira langsung
dilarikan
ke IGD. Reyhan
kembali
kemobil
untuk
mengambil
handphone
Ayah
Naira untuk
menghubungi
dan
memberitahu
keluarga
atau
kerabatnya. Tampak
nomor
handphone yang terakhir kali
dihubungi oleh Ayah
Naira tersebut, tanpa
ragu
lagi, di
teleponlah ke nomor tersebut.
Reyhan : Tolong di angkat teleponnya (ucapnya
dalam
hati
seraya
menunggu jawaban telepon tersebut).
Naira yang baru
selesai
menampilkan
pertunjukkan
terakhirnya
dan
sekarang
sudah
berada di ruang
ganti membersihkan
sisa-sisa
make up
nya. Terkejut
melihat 5 pesan yang belum
di baca
dan 17 misscall
tak dijawab.
Saat
ingin
melihat
siapa yang meneleponnya sampai beberapa kali itu, tiba-tiba berdering pangilan
masuk dari ayahnya.
Naira :
Halo, ayah! ayah mengapa tidak datang ke acara
penghargaanku tadi? Ini sangat berarti bagiku yah. (sesegukan mulai
meneteskan air mata).
Reyhan : Segera
ke
rumah
sakit
di
dekat Jalan Hunian Bumi
ya,
ayah kamu sedang koma.
Naira
: Apa? Ada apa
dengan
ayahku? Mengapa
ia
bisa
sampai
di rumah sakit? Tolong jelaskan kepadaku, bagaimana keadaanya?(menangis
kencang).
Reyhan : Datanglah
ke
rumah
sakit
sekarang, nanti
aku jelaskan.
Naira :
Baik,
aku
akan
segera
ke
sana!
Bukannya rasa bahagia yang ia
dapat atas penghargaannya malam ini, Naira malah harus merasakan kekhawatiran dan
kesedihan. Ia
langsung
meninggalkan hotel mewah
itu
menuju ke rumah
sakit. Setibanya Naira di rumah
sakit, ia
langsung
berlari
dengan
nafas
terengah-engah
ke ruang
IGD untuk
melihat
kondisi
ayahnya.
Naira : (melihat
seseorang yang tengah
duduk di depan
ruang
IGD) Kamu yang menelepon Aku tadi? Bagaimana
kondisi
ayahku? Apa
ia
baik-baik
saja? Bagaimana
hal
ini
bisa
terjadi?(bertanya
dengan
histeris
sambil
menutup
wajahnya yang sudah
basah
dengan air mata).
Reyhan : Aku juga kurang tahu, ayahmu dipukuli anak-anak
brandalan. Dan aku menolong dan membawanya ke
rumah sakit ini. Dan dokter yang menangani ayah kamu masih belum keluar dari
tadi.
Naira menangis
sejadi-jadinya. Ia
sangat
menyesal
mengapa
harus
memaksa
ayahnya
untuk
datang
ke
acaranya. Naira merasa
sudah
cukup
ditinggal
oleh
ibu
dan
kakaknya
karena
kecelakaan bus 8 tahun yang
lalu dan kali ini ia sangat tidak rela jika ayahnya juga pergi meninggalkan dirinya sendiri di dunia yang kejam
ini. Beberapa
saat
kemudian, tim
dokter
keluar
dari
ruang IGD.
Naira :
Bagaimana dok keadaan ayah saya? Pasti ayah saya
akan
sembuh kan? (terisak-isak).
Dokter : Kami telah
berusaha
semaksimal
mungkin, tapi
Tuhan
berkata lain, kepala
ayahmu
terbentur
sangat
keras sehingga mengakibatkan
sebagian
kerja
otaknya
lumpuh. Kamu yang
sabar ya. (menepuk-nepuk
bahu Naira lalu
beranjak
pergi
meninggalkan Naira dan
Reyhan yang terpaku
kaget mendengar
perkataannya).
Naira : Tidak
mungkin, tidak
mungkin!(berteriak
histeris)
Mengapa Tuhan harus mengambil
semua orang yang ku sayang?
kenapa
tidak ambil nyawaku saja ? Bahkan,
aku belum
sempat
mengucapkan
selamat ulang tahun ke ayah.
Naira tak mampu lagi berbicara, yang ada
dalam
benaknya, ia
hanyalah
seorang
gadis
sebatang
kara
dan
anak
yatim
piatu yang tidak
mempunyai
arah
tujuan
hidup. Pandangan Naira
kosong, Reyhan pun tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua membisu sesaat di depan ruang Ayah
Naira menghela nafas untuk terakhir kalinya.
Reyhan : Sudah
malam, ayo
kita
pulang.
Rumahmu dimana? Aku
akan mengantarmu.
Naira :
(menunjukkan KTP nya, karena ia tak mampu berkata-
kata lagi dan
menangis sepanjang jalan).
Setelah sampai di rumah Naira, Reyhan pun mengantarkannya
sampai
kedepan
pintu
lalu
beranjak
pergi, membiarkan Naira
sendirian untuk menenangkan dirinya yang pasti
sangat
terkejut
dan sedih dengan
kenyataan yang dihadapinya
sekarang.
Reyhan : Aku
pulang
dulu
ya, jangan
lupa
makan, karena
sedari
tadi,aku perhatikan kamu belum makan apapun. (berjalan
kearah
mobilnya).
Keesokan harinya, pagi yang cerah
untuk
semua yang dapat
menikmatinya, tidak
bagi Naira. Tampak
raut
mukanya
muram, mata
membengkak
tanda menangis semalaman.Tampak
banyak
karangan
bunga
dan para pelayat yang sudah
berdatangan
untuk
menyampaikan rasa
belasungkawa. Naira hanya membalas dengan senyum pendek, datanglah
Reyhan
tepat
sebelum
keberangkatan
mereka
semua
ke TPU.
Naira :
Mengapa Tuhan tega kepadaku ? Aku sudah kehilangan
ibu & kakak ku, sekarang harus ayah ku juga? Bagaimana aku akan hidup? (menangis
lagi, Reyhan pun memberikan
sapu
tangannya
ke Naira). Naira mau ikut kalian aja, tidak
mau
disini, Naira tidak
akan
sanggup
hidup
sendiri
disini
.... Selamat
ulang
tahun Ayah (menangis meneteskan air mata &
menaburkan bunga di atas
pusaran
makam
ayahnya).
Hujan mulai mengguyur tempat itu. Reyhan membantu Naira untuk
berdiri
lalu
mengajak Naira pergi
dari
sana
karena
hujan yang semakin
deras. Sesampainya di mobil,
Reyhan menyalakan mesin mobilnya dan
melaju
mengantar Naira pulang,
di mobil ia mencoba mencairkan suasana yang sangat
sunyi
dan dingin
itu.
Reyhan : Hei, kok diam aja dari
kemarin ?
Naira : Apa dengan bicara
bisa buat ayahku kembali, mengapa
Tuhan
tidak adil sama aku? Aku sudah cukup kehilangan ibu dan kakakku, sekarang? Apa
aku juga harus kehilangan ayahku? Ini seperti mimpi buruk yang beruntun
menerpaku.(Mengusap air matanya yang jatuh lagi).
Reyhan : Tuhan tidak akan memberi ujian melebihi batas
kemampuan
kita, ia hanya mau melihat seberapa taqwa-nya, sabarnya, dan kuatnya kita.
Naira : Tetap saja, apa
harus Tuhan membiarkanku hidup sendiri?
Tanpa
ayah, ibu dan kakak ? Harus dengan siapa aku hidup? Kamu tentu tidak akan
mengerti perasanku sekarang? (banyak pertanyaan yang kini berada dalam benak
Naira).
Reyhan : Percayalah aku jauh
lebih mengerti, kamu seharusnya
bisa
bersyukur, diluar masih jauh lebih banyak orang yang tidak seberuntung kamu.
Oke, aku akan bawa kamu ke suatu tempat yang akan membuat kamu lebih mensyukuri
hidup yang kamu miliki sekarang. (memutar
mobil menuju suatu tempat).
Sampailah mereka di depan suatu panti
asuhan yang kondisinya tidak begitu baik. Reyhan turun dari mobil menuju dimana
anak-anak sedang bermain dan ia mengikuti anak tersebut bermain dengan bahagia.
Sedari Naira turun dari mobil, Naira mengalihkan pandangannya ke arah Reyhan
sambil tersenyum atas kekonyolannya. Naira melihat seorang anak laki-laki dikursi
roda dan ia pun mendekatinya.
Naira
: Dik, kenapa sendirian tak main bersama yang lain?
Anak kursi roda (Rahmat)
:
Untuk apa aku bersama mereka? Mereka dan aku
berbeda.
Mereka bisa berlari kesana kemari, sedangkan aku? Aku tidak bisa. Lagipula aku
lebih suka sendiri dan membayangkan masa-masa indahku bersama ayah dan ibuku
yang sekarang sudah tiada.
Naira : (Naira terdiam sebentar, karena ia merasa
senasib
dengan
anak tersebut). Eh kamu jangan ngomong begitu, belum tentu mereka tidak mau
main bersamamu. Kemarin, aku juga berpikiran sama denganmu, tapi buat apa kita
berlarut-larut dalam kesedihan? Ngomong-ngomong, nama kamu siapa? Aku Naira.(mengulurkan
tangan).
Rahmat : (menyambut tangan Naira)
namaku Rahmat.
Tak lama setelah perbincangan itu, ibu
pengurus panti asuhan itu datang menyapa Naira dan Rahmat.
Ibu panti : Nak Naira, biarkan saja Rahmat sendiri.
Naira : Tidak apa, bu!
Ibu panti : Rahmat orangnya agak
sensitif dan juga pendiam. Rahmat
menjadi
begitu semenjak kecelakaan yang menimpanya 2 tahun yang lalu yang merenggut
nyawa kedua orang tuanya dan membuatnya lumpuh. Pihak panti asuhan tak dapat
membantu Rahmat lebih banyak dikarenakan keterbatasan dana, untungnya ada
Reyhan yang selalu membantu kami disini dan menjadi tulang punggung disini. Kami
sangat berterimakasih kepada Reyhan.
Naira : Oh, ternyata nama laki-laki itu Reyhan. Benar
kata
Reyhan, ternyata masih banyak orang yang tak seberuntung aku (katanya dalam
hati).
Ibu panti : Ngomong-ngomong, Rahmat
juga mempunyai bakat
melukis
lho nak. Setiap ia sudah menyelesaikan
lukisannya, nak Reyhanlah yang menjualnya ke seniman-seniman yang ia kenal dan
uangnya bisa bantu untuk membeli keperluan kami semua.
Naira : Jadi, selama Rahmat sendiri, ia
mengekspresikan
perasaannya
dengan membuat lukisan ya? Sangat menarik, bu. Nanti Naira kenalkan ya dengan teman
Naira yang mengerti di bidang seni.
Ibu panti : Ide bagus itu, nak. Sudah
dulu ya, ibu kebelakang dulu
mau
menyiapkan makan malam.
Naira : Naira bantu ya, bu? Boleh kan?
Ibu panti : Ya, dengan senang hati,
nak. (menuju ke dapur).
Setelah selesai acara makan malam, Naira
dan Reyhan berpamitan dengan ibu panti dan juga anak-anak tersebut untuk
pulang. Saat di dalam mobil, Naira mencoba untuk mengajak Reyhan berbicara.
Naira : Kamu Reyhan, kan? Maaf ya dari kemarin aku
diamin
kamu
terus. (sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal).
Reyhan : Tidak apa-apa kok, aku
paham keadaanmu kemarin.
Naira : Terima kasih kalau kamu bisa paham. (tersenyum kecil)
Ngomong-ngomong, kamu tinggal di panti asuhan itu
ya?
Reyhan : Iya, disana banyak anak
kecil dan ramai, aku senang
bermain dengan
mereka. (menggaruk-garuk kepala juga yang sebenarnya tidak terasa gatal).
Naira :
Oh, aku juga senang sama anak kecil, kapan-kapan kamu
ajak aku kesana lagi ya dan juga apa yang kamu bilang sama aku sebelumnya
itu benar.
Reyhan : (mengingat-ingat apa yang
ia katakan) Emang apa yang
aku katakana ke
kamu sebelumnya? Aku lupa. Maklum (tertawa kecil).
Naira :
Dasar, pikun.Ternyata masih banyak orang yang lebih
susah dan tak seberuntung aku.
Reyhan : Aku mau nanya boleh
?
Naira :
Apa? (memberi
ekspresi muka kebingungan)
Reyhan :
Kamu mau gak
jadi sahabat aku?
Tanpa menjawab, Naira hanya mengangguk pelan tanda
setuju. Sepanjang perjalanan pulang, mereka berbagi tawa, ceria dan juga
cerita. Sesampainya di Rumah Naira, Reyhan berpamitan untuk pulang. Hari ini,
Reyhan berhasil membuat Naira tertawa seperti sedia
kala dan semoga saja akan
bertahan sampai selamanya.
***
Sudah setahun kebersamaan Reyhan dan Naira. Reyhan
selalu menemaninya, membantunya ketika Naira membutuhkan sesuatu. Mereka saling
melengkapi satu sama lain. Tepat pagi hari ini, jadwal manggung Naira kosong,
dan dimanfaatkan Reyhan untuk mengajaknya ke suatu tempat. Mobil Reyhan
berhenti tepat di depan sebuah taman ilalang yang indah.
Naira :
Wah! Indah sekali, Rey! (merentangkan kedua tangannya
lebar-lebar sambil
menghirup udara segar disana).
Reyhan : Apakah kamu suka tempat ini?
Naira :
Ya, suka banget! Tempat ini sangat damai, jarang
ditemukan di kota. Ngomong-ngomong, tempat apa ini?
Reyhan : Tempat ini selalu ingatin
aku sama kakak
aku, Rifqi.
Naira : Oh, sekarang dimana
dia? Kenalin aku sama dia ya,
kalau
ada waktu.
Reyhan : Dia sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan,
disini tempatnya.(mengingat-ingat kenangan mereka).
Naira : Maaf ya, aku tidak
tahu soal itu. Aku turut berduka.
(menundukkan wajahnya karena ia telah salah ucap)
Reyhan : Sudah, tidak apa-apa.
Aku ajak kamu kesini karena
kakakku bilang tempat ini tempat yang sangat istimewa jadi
aku bawa kamu kesini karena sekarang kamu orang yang istimewa bagiku.
Entah mengapa kata-kata yang baru saja diucapkan oleh
Reyhan membuat detak jantung Naira berdetak kencang. Naira berlari ke tengah
taman itu dan lalu
bermain-main dengan ilalang, sedangkan Reyhan kembali ke mobilnya untuk mengambil
kamera lalu mengambil beberapa foto Naira, dan sebaliknya,
seharian mereka bersama ditempat indah itu.
Sesudah itu mereka duduk tepat berhadapan dengan
indahnya pemandangan sunset.
Naira :
Indah sekali ya, aku sangat senang kamu mau mengajakku
ke sini, terima kasih ya Rey.
Reyhan : Kan aku sudah bilang kamu itu adalah orang yang
istimewa jadi aku ajak kamu kesini.
Pipi Naira berubah kemerahan. Entah apa yang salah
dengan perkataan Reyhan tadi, tapi ia memustuskan untuk tidak
memikirkannya.
Reyhan : Ayo kita pulang, sudah mulai
malam nih. (berdiri dan
mengajak Naira).
Naira : Iya,
ayo. (menyambut ajakannya).
Masuklah mereka ke dalam mobil dan langsung menuju ke
Rumah Naira. Setelah tiba di rumah Naira.
Naira :
Terima kasih sekali lagi ya Rey. Karena kamu telah
membuat
aku tersenyum lagi.
Reyhan :
Iya, ini sudah menjadi tanggung jawabku memenuhi
amanah dari ayahmu dan juga amanah dari perasaanku.
Naira : Sebelum kamu pulang, aku punya sesuatu untuk
kamu
dan Rahmat (merogoh
sebuah kotak dalam mobil)
Reyhan : Apa? Jadi penasaran ini
aku.(memasang raut muka
bingung).
Naira : Tadaaa
.... 2 lembar tiket
menghadiri acara Award For
Artist, disitu aku akan tampil dan kamu bisa langsung
mengenalkan Dr. Frans ke Rahmat, kamu ingat tidak kalau kita pernah kasih lihat lukisan Rahmat ke Dr.Frans dan ternyata Dr. Frans suka dengan lukisan tersebut.
(serentetan kata yang di ucapkan dengan nada antusias).
Reyhan terdiam melihat dua undangan itu, tak tahu
harus berkata apa. Ia hanya terkejut karena Naira mau mengundangnya untuk
datang ke acara bergengsi itu.
Naira : Lho, kok jadi diam sih? Kamu tidak suka ya?
Reyhan : Aku hanya tidak percaya
pianis terkenal dan sehebat kamu
mengundangku untuk datang ke acara bergengsi seperti
itu. Terima kasih ya.
Naira :
Aku yang seharusnya berterima kasih, Rey.
Karena Tuhan telah mempertemukan kita disaat aku
membutuhkan seseorang sepertimu, karena kamu senyuman di bibirku ini kembali
merekah seperti dulu. Terima kasih ya, Rey. (ucapnya dengan lembut).
Reyhan : Sudah ah, aku jadi malu. (memasang tampang konyol
dimukanya).
Dan juga aku punya dua
permintaan untukmu.
Naira :
Apa? Jika bisa kupenuhi akan kupenuhi dengan senang
hati.
Reyhan : Yang pertama, aku mau
kamu mainin satu lagu
pada
acaramu nanti. (menyerahkan secarik kertas berisikan not-not
lagu).
Naira :
(mengambil kertas yang Reyhan berikan dan membacanya
sekilas). Especially For You? Kedengarannya itu
lagu yang bagus.
Reyhan : Iya lah, itu
kan lagu kesukaan ku (disambut
tawa
Naira dan Reyhan).
Naira : Percaya diri sekali
ya kamu, eh iya kata kamu ada dua
Permintaan, ini
baru satu, satunya lagi?
Reyhan : Oh iya, sampai lupa.
Yang kedua, sehari setelah acara
itu kamu harus ajak semua anak panti asuhan ke pantai
dan aku punya kejutan untukmu.
Naira :
Siap, pak! (memberi tanda hormat). Kalau cuma itu sih
kecil, aku bisa kok.
Tapi kamu harus janji sama aku kalau kamu akan datang ke acara penghargaan itu.
Reyhan : Hanya itu? Aku akan
datang, lihat saja.
Naira : Oke, aku tunggu kamu
nanti malam ya, jangan sampai
Terlambat ya. (melambaikan tangan ke arah Reyhan).
Reyhan hanya membalas perkataan Naira dengan satu
senyuman lalu menancap gas mobilnya dan pergi. Di kamar, Naira mencoba memainkan nada yang
diberikan oleh Reyhan dan berharap yang terbaik untuk penampilanya
besok.
***
Tak terasa, acara itu pun sudah ada di depan mata.
Naira sudah berada di ruang ganti yang sedang diberikan polesan make up oleh penata rias terkenal di ibu
kota
dan dibalut gaun bewarna
merah muda pendek polos, sedangkan rambutnya yang hitam panjang dibiarkan
digerai rapi.
Naira : Apa ini sudah cukup?
(melihat wajahnya di kaca).
Penata rias : Iya, non. Sudah terlihat
sangat cantik dan sangat anggun.
Naira :
Terima kasih.
Sementara itu, di panti asuhan, tampak Reyhan tengah melihat dirinya di depan
cermin yang sedang merapikan
tuksedonya agar tampak rapi. Setelah
memastikan ia sudah tampak rapi, ia mengambil kunci mobilnya dan langsung
pergi. Rahmat dan ibu panti sudah terlebih dahulu pergi
ke acara tersebut, dan
mungkin sudah sampai di sana.
Pembawa acara : Selamat malam para hadirin sekalian!(berhenti
sejenak
untuk mengambil jeda). Acara ini merupakan rutinitas setiap tahun untuk
memberikan penghargaan atas karya karya anak bangsa, acara ini diselenggarakan sebagai bentuk
apresiasi atas karya seni di Indonesia. Dr. Frans, selaku ketua dan penyelengara acara,
selamat malam. Dan
para hadirin sekalian, langsung saja kita saksikan pertunjukan malam ini. (disambut tepukan tangan meriah
para penonton).
Dr. Frans yang duduk di bangku VIP melihat pembawa
acara sekilas lalu bertepuk tangan. Acara dimulai dengan
persembahan-persembahan menakjubkan dari anak bangsa,
dan sekarang tiba giliran Naira untuk menunjukkan kebolehannya. Naira
membungkukkan badan memberi salam, sesekali ia melihat bangku VIP dengan harap-harap cemas.
Naira : (berjalan ke arah
piano). Mana nih
Reyhan, tidak tampak
batang hidungnya (bisik Naira dalam hati lalu mendesah
kecewa).
Lalu dengan perlahan Naira memulai menekan tuts
pianonya
yang menghasilkan
suara merdu, ia memainkan not-not lagu yang diberikan oleh Reyhan, para hadirin
pun seakan terbuai dengan lantunan lagu tersebut. Dari
kejauhan tampak mobil berkecepatan tinggi yang dikemudikan Reyhan.
Reyhan : Semoga saja tidak telat
sampai ke acara itu (menambah
kecepatan di jalan yang kebetulan sepi malam
itu).
Sampai di persimpangan jalan, Reyhan
yang sibuk menghubungi Naira via pesan singkat untuk memberitahu ia akan
terlambat beberapa menit, dibawah kesadarannya, ia menerobos lampu merah dan tiba-tiba
datang sebuah truk dari arah sebaliknya.
Reyhan : Argghhhhh!! (membanting
stir sangat kuat).
Polisi yang menerima laporan warga
segera menuju ke TKP untuk memeriksa dan mengamankan tempat tersebut, Reyhan
dan supir truk yang menabraknya tergeletak
tak sadarkan diri di jalanan. Mereka langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat
oleh polisi dan warga setempat.
Polisi : (menghubungi salah satu kontak di handphone reyhan)
Selamat
malam!
Ibu panti : Selamat malam, dengan
siapa ya ini ?
Polisi : Kami dari kepolisian Jakarta Timur. Apa
benar Anda
keluarga dari saudara Reyhan?
Ibu panti : Iya benar, ada apa ya,
pak?
Polisi : Sekarang Reyhan berada di rumah sakit , mohon
agar
keluarga
atau kerabatnya dapat segera kesini.
Ibu panti : Baik pak, saya akan segera
datang ke sana.
***
Di gedung, Naira telah selesai
membawakan not-not pemberian Reyhan.
Pembawa acara : Ayo beri tepuk tangan yang meriah
untuk bintang kita,
Naira!(diikuti suara tepuk tangan penonton).
Naira : Terima kasih (membungkukkan badan tanda
hormat).
Pembawa acara : Not itu kamu ciptain sendiri?
Tampaknya kamu tidak
pernah
membawa lagu itu di penampilanmu sebelumnya?
Naira : Judulnya especially for you. Memang, aku belum
pernah
membawakannya. Not itu bukan aku yang ciptain,
seseorang yang sangat berarti dalam hidupku yang memberikannya kepadaku untuk
kumainkan pada acara malam ini. (mukanya memerah).
Pembawa acara : Apakah dia orang yang kamu ceritain
ke kita semua ?
(berpaling
ke layar belakang yang menampilkan gambarnya bersama Reyhan).
Naira : (tersenyum malu)
Bagaimana kalian bisa memutarkan
gambar-gambar
kami? (lalu berpaling ke arah kursi Reyhan yang dari tadi belum juga datang).
Kemana ya Reyhan. (tanyanya dalam hati).
Acara pun telah selesai, kini Naira
berada di belakang panggung, Naira membuka
ponselnya untuk membaca pesan yang ia tidak tahu dari siapa. Sebelum
sempat membaca pesan yang masuk, tiba-tiba ibu panti datang dengan
terengah-engah untuk menyampaikan berita yang tampaknya penting.
Naira : Kenapa,bu?
Kelihatannya ibu cemas sekali ?
Ibu panti : Reyhan, nak. Reyhan. Kita
harus segera ke rumah sakit.
Naira : Reyhan kenapa, bu?
Ibu panti : Ibu juga tidak tahu pasti,
sekarang kita harus segera ke
rumah sakit.
***
Reyhan dan supir truk dalam kondisi yang
sangat buruk. Mereka pun harus segera di operasi. Setelah operasi selesai,
Naira dan ibu panti yang baru tiba di IGD tempat Reyhan berada, bertepatan dengan tim dokter yang baru selesai melakukan
operasi pada Reyhan.
Ibu panti : Dok, bagaimana kondisi nak
Reyhan?
Dokter : Kami sudah berusaha
semaksimal mungkin, tetapi denyut
nadinya
semakin melemah, ia kehilangan banyak darah saat kecelakaan. Kondisi Reyhan
sekarang sangat lemah hanya 1 orang yang diperbolehkan untuk melihatnya.
Naira pun langsung berlari masuk ke dalam
IGD. Ia menangis sejadi-jadinya melihat Reyhan terbaring lemah tak berdaya di
ruang tersebut. Naira tak menyangka kejadian tahun lalu yang serupa terulang
lagi menimpa dirinya.
Reyhan : Na .... Nai .... Nairaa
.... (mengigau)
Naira : Iya, Rey. Aku disini. Sudah, kamu istirahat
saja ya jangan
banyak
bicara dulu. (sesegukan).
Reyhan : Naira. Maaf aku tidak
bisa datang ke acaramu dan
membuatmu
cemas lagi.
Naira : Kamu tidak pernah
buat aku cemas kok Rey, kamu harus
sembuh
ya, aku akan menunggumu disini. (menangis meneteskan air mata).
Reyhan : Jangan lupa ya
permintaanku yang kedua.
Naira : Iya. Aku pasti akan datang, tetapi
bersamamu.
Reyhan : Apapun yang terjadi,
kamu harus datang. Kumohon.
(Reyhan
menghembuskan nafas terakhirnya).
Naira : Reyhan!! Dokter! Dokter! Dokter! (berteriak
sambil
menangis sejadi-jadinya).
Dokter pun datang memeriksa Reyhan,
ternyata Reyhan telah tiada. Reyhan telah pergi meninggalkan Naira selamanya.
***
Di pemakaman banyak karangan bunga
menghiasi tanah yang masih basah itu. Reyhan telah dikebumikan. Naira tak dapat
mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya termenung melihati nisan yang terukir
nama Reyhan Pratama bin Surya Pratama. Para pelayat sudah meninggalkan tempat
itu dan kini hanya tinggal Naira bersama ibu panti.
Ibu panti : Sudah nak, ayo kita
pulang. Ibu yakin Reyhan pasti sudah
bahagia
di sana dan ia pasti tidak ingin melihatmu bersedih terus-menerus.
Naira : Selamat jalan, Rey. Sekarang kamu sudah bersama
dengan ayah, ibu dan kakakmu. Kamu
pasti lebih bahagia disana.
Sore
harinya, Naira menepati janjinya untuk pergi ke pantai bersama anak-anak panti
asuhan. Pada saat anak-anak bergembira bermain dengan pasir dan air pantai,
Naira duduk termenung memikirkan Reyhan dibawah sebuah pohon, tiba-tiba ada
seseorang yang ia tidak kenal memberikan sebuah botol kepadanya.
Orang pantai : Nak, ini ada titipan untukmu.
Naira : (membuka surat yang ada dalam botol
tersebut)
Reyhan ....
Ternyata isi dalam surat botol itu
adalah surat dari Reyhan
Nai
....
Kamu
pasti sudah di pantai?
Gimana
pantainya? Pasti seru main air dan pasir bersama anak-anak panti
Kita
memang baru kenal selama setahun belakangan ini
Kamu
percaya tidak kalau ada cinta pada pandangan pertama?
Kalau
aku percaya hal itu
Saat
aku melihatmu pertama kali di rumah sakit, aku sudah yakin bahwa kamu akan
bersamaku
Terima
kasih ya untuk satu tahun yang kamu berikan
Untuk
mengungkapkannya, aku belum berani
Tapi
satu hal yang aku ingin tanyakan sekarang
Maukah
kamu menjadi orang yang selalu menemani hari-hariku?
Jawabnya
jangan lama-lama, aku tunggu loh JJJ
Aku
janji sama kamu akan menjagamu
Sampai
akhir hidupku
...Reyhan...
Naira : (tersenyum haru dalam hati melihat isi
surat dalam botol
itu).Ya,
aku mau, Rey (menjawab dalam hati).
Matahari sudah hilang dari peraduannya,
sebelum mereka memutuskan untuk pulang, anak panti berseru ke arah pantai Selamat
jalan, kak Reyhan, kakak akan selalu ada di dalam hati kami. Setelah itu mereka
pulang. Saat Naira tiba di rumahnya, ia langsung ke kamarnya dan mendengarkan
lagu pemberian Reyhan.
Naira : (Mendengarkan lagu Reyhan) Especially
For
You
....
***
Especially for
you
I wanna let you
know what I was going through
All the time we
were apart
Thought of you
You were in my
heart
My love never
changed
I still feel the
same
Together,
together, I wanna show you,
My heart is oh
so true, and all the love I
Have is
especially for you
***THE
END***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar