Jumat, 03 Oktober 2014

NASKAH DRAMA "ESPECIALLY FOR YOU" Tugas bahasa Indonesia "11 akuntansi 1" SMK Unggul Sakti Jambi

NASKAH DRAMA  ESPECIALLY FOR YOU

Disusun Oleh Kelompok 1

Bella Apriliani
Bella Gabriela
Christin
Andy







 







KELAS XI AKUNTANSI 1
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN UNGGUL SAKTI
YAYASAN PENDIDIKAN UNGGUL SAKTI JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2014/2015







ESPECIALLY FOR YOU

          Sehari sebelum acara seni paling bergengsi Award For Artist digelar, sang pianis terkenal bernama Naira menghampiri ayahnya yang sedang duduk di balkon rumahnya.                          
 Naira                         : (membawa secangkir teh untuk ayahnya lalu duduk
  disampingnya) ayah, datang ya ke Novotel
  untuk melihat penampilan Naira besok malam, Naira akan
  memberikan sesuatu yang istimewa untuk ayah.
   Ayah naira                : Ya, setelah pulang kerja, ayah pasti akan langsung datang
kesana. (meminum teh yang diberikan Naira).
Naira                          : Janji ya, yah? (sambil mengancungkan kelingking).
Ayah naira                 : Iya, ayah janji.
***
       Tiba saat dimana acara tersebut akan digelar, beberapa menit menjelang penampilan Naira, tampak air muka Naira sangat gelisah menanti kehadiran sang ayah yang belum kunjung datang.
Naira                           : Mana ya ayah? Kenapa tak kunjung datang untuk melihat
                                       Naira, ayah kan sudah janji. (tanyanya dalam hati).
       Saat sedang gelisah di ruang tunggu, seseorang datang memberitahunya bahwa ia sebentar lagi harus naik ke atas panggung. Tak lama kemudian, sang pembawa acara mempersilahkan Naira untuk naik ke atas panggung.
Pembawa acara     : Mari kita beri sambutan meriah kepada penerima
penghargaan Award Of Artist tahun ini, Naira!(disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton).
Naira                      : Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
YME atas segalanya, dan untuk Dr. Frans yang telah mengadakan acara seni semewah ini serta kepada para pendukung yang setia memilih saya. Terakhir, penghargaan ini akan saya persembahkan kepada orang yang sangat berarti dalam hidup saya yang dimana pada hari ini bertepatan dengan ulang tahunnya. Happy birthday, ayah! Naira sayang ayah ( sambil mengangkat tinggi penghargaan dan mengedarkan pandangan matanya ke bangku VIP ).
Pembawa acara       : Bagaimana jika langsung kita persilahkan sang  ayah
                                     untuk naik ke atas panggung? (menatap mata Naira).
Naira                         : Ayahku belum datang sekarang. Mungkin ia sedikit
                                     terlambat (nada mendesah).
Pembawa acara        : Kalau begitu, bagaimana jika Naira menghibur kita semua
   sebagai penutup acara ini?
Naira                          : Baiklah , sebenarnya penampilan saya malam ini akan
saya persembahkan untuk ayah saya yang berulang tahun malam ini. Namun saya akan tetap menampilkan yang terbaik untuk semuanya.
Pembawa acara         : Kalau begitu langsung saja kita persilahkan Naira ....
***
          Beberapa kilometer dari gedung tersebut, terlihat sang ayah sedang kebingungan, menekan-nekan beberapa tombol di handphonenya. Jalanan pada saat itu sedang macet dikarenakan adanya perbaikan jalan. Tanpa ragu, ia membanting stir melaju kencang dengan mobil Inovanya untuk mencari jalan pintas.
Ayah Naira                : Semoga acara itu belum selesai (katanya dalam hati,
sambil menghela napas panjang).
       Jalan pintas tersebut pada malam itu sangat sepi, hanya terdengar suara hewan, ayah melaju mobilnya dengan sangat cepat. Tiba-tiba mobilnya terhenti dikarenakan beberapa orang tampak mencegat didepan mobilnya.
Ayah Naira                  : (keluar dari mobil) Ada apa ini anak muda?
Brandalan                    : Hei, pak tua, jangan banyak bicara. Serahkan
                                        Semua barang yang kau punya.
Ayah Naira                  : Jika kalian ingin barang ku ambillah semuanya, tapi
janganlah ambil mobilku, aku harus ke pentas seni anakku dan aku sudah terlambat dari tadi, jadi tolong izinkanlah aku lewat (dengan nada pelan memohon).
Brandalan                  : Sudah jangan banyak bicara pak tua, barang-barangmu
tidak ada yang berharga semuanya, kalau tidak ambil mobilmu mau ambil apa ha?(membentak).
Sudah ayo kita ambil mobilnya!(mengajak teman-teman nya).
       Ayah Naira berusaha melawan, tanpa banyak berpikir lagi para brandalan langsung mengeroyok Ayah Naira dengan keji. Dan memukul kepalanya dengan batu bata.
Ayah Naira                : Tolong! Tolong! Tolong!(sambil merintih kesakitan).
       Tiba-tiba datang seorang lelaki yang muda yang kebetulan pada saat itu melintasi jalan tersebut, lalu menerjang sekawanan brandalan tersebut, kemudian berusaha membantu ayah Naira yang tengah sekarat.
Pemuda penolong (Reyhan)   : Pak! Saya antar ke rumah sakit ya?(sambil
membantu mendirikan badan Ayah Naira)
Ayah naira                               : Sebentar nak, bapak janji akan datang ke acara
pentas seni anak bapak  malam ini, seandainya bapak sudah tidak bisa bertemu dengannya lagi, tolong kamu sampaikan permintaan maaf dari bapak ya, dia sudah tidak punya siapa siapa lagi, tolong kamu jaga dia ya ....(dengan suara berbisik dan terputus putus).
Reyhan                                      : Bertahanlah pak (merangkul Ayah Naira untuk
masuk ke mobilnya).
       Reyhan pun melaju secepat mungkin ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Ayah Naira langsung dilarikan ke IGD. Reyhan kembali kemobil untuk mengambil handphone Ayah Naira untuk menghubungi dan memberitahu keluarga atau kerabatnya. Tampak nomor handphone yang terakhir kali dihubungi oleh Ayah Naira tersebut, tanpa ragu lagi, di teleponlah ke nomor tersebut.
Reyhan                       : Tolong di angkat teleponnya (ucapnya dalam hati seraya
                                      menunggu jawaban telepon tersebut).
       Naira yang baru selesai menampilkan pertunjukkan terakhirnya dan sekarang sudah berada di ruang ganti membersihkan sisa-sisa make up nya. Terkejut melihat 5 pesan yang belum di baca dan 17 misscall tak dijawab. Saat ingin melihat siapa yang meneleponnya sampai beberapa kali itu, tiba-tiba berdering pangilan masuk dari ayahnya.
Naira                          : Halo, ayah! ayah mengapa tidak datang ke acara  
penghargaanku tadi? Ini sangat berarti bagiku yah. (sesegukan mulai meneteskan air mata).
Reyhan                       : Segera ke rumah sakit di dekat Jalan Hunian Bumi ya,
ayah kamu sedang koma.
Naira                          : Apa? Ada apa dengan ayahku? Mengapa ia bisa sampai
di rumah sakit? Tolong jelaskan kepadaku, bagaimana keadaanya?(menangis kencang).
Reyhan                       : Datanglah ke rumah sakit sekarang, nanti aku jelaskan.
Naira                          : Baik, aku akan segera ke sana!
       Bukannya rasa bahagia yang ia dapat atas penghargaannya malam ini, Naira malah harus merasakan kekhawatiran dan kesedihan. Ia langsung meninggalkan hotel mewah itu menuju ke rumah sakit. Setibanya Naira di rumah sakit, ia langsung berlari dengan nafas terengah-engah ke ruang IGD untuk melihat kondisi ayahnya.
Naira                          : (melihat seseorang yang tengah duduk di depan ruang
IGD) Kamu yang menelepon Aku tadi? Bagaimana kondisi ayahku? Apa ia baik-baik saja? Bagaimana hal ini bisa terjadi?(bertanya dengan histeris sambil menutup wajahnya yang sudah basah dengan air mata).
Reyhan                       :  Aku juga kurang tahu, ayahmu dipukuli anak-anak
brandalan. Dan aku menolong dan membawanya ke rumah sakit ini. Dan dokter yang menangani ayah kamu masih belum keluar dari tadi.
       Naira menangis sejadi-jadinya. Ia sangat menyesal mengapa harus memaksa ayahnya untuk datang ke acaranya. Naira merasa sudah cukup ditinggal oleh ibu dan kakaknya karena kecelakaan bus 8 tahun yang lalu dan kali ini ia sangat tidak rela jika ayahnya juga pergi meninggalkan dirinya sendiri di dunia yang kejam ini. Beberapa saat kemudian, tim dokter keluar dari ruang IGD.
Naira                        : Bagaimana dok keadaan ayah saya? Pasti ayah saya akan
                                    sembuh kan? (terisak-isak).
Dokter                                  : Kami telah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan
berkata lain, kepala ayahmu terbentur sangat keras sehingga mengakibatkan sebagian kerja otaknya lumpuh. Kamu yang sabar ya. (menepuk-nepuk bahu Naira lalu beranjak pergi meninggalkan Naira dan Reyhan yang terpaku kaget mendengar perkataannya).
Naira                        : Tidak mungkin, tidak mungkin!(berteriak histeris)
Mengapa Tuhan harus mengambil semua orang yang ku sayang? kenapa tidak ambil nyawaku saja ? Bahkan, aku belum sempat mengucapkan selamat ulang tahun ke ayah.
       Naira tak mampu lagi berbicara, yang ada dalam benaknya, ia hanyalah seorang gadis sebatang kara dan anak yatim piatu yang tidak mempunyai arah tujuan hidup. Pandangan Naira kosong, Reyhan pun tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua membisu sesaat di depan ruang Ayah Naira menghela nafas untuk terakhir kalinya.
Reyhan                       : Sudah malam, ayo kita pulang. Rumahmu dimana? Aku
akan mengantarmu.
Naira                          : (menunjukkan KTP nya, karena ia tak mampu berkata-
kata lagi dan menangis sepanjang jalan).
       Setelah sampai di rumah Naira, Reyhan pun mengantarkannya sampai kedepan pintu lalu beranjak pergi, membiarkan Naira sendirian untuk menenangkan dirinya yang pasti sangat terkejut dan sedih dengan kenyataan yang dihadapinya sekarang.
Reyhan                       : Aku pulang dulu ya, jangan lupa makan, karena sedari
tadi,aku perhatikan kamu belum makan apapun. (berjalan kearah mobilnya).
       Keesokan harinya, pagi yang cerah untuk semua yang dapat menikmatinya, tidak bagi Naira. Tampak raut mukanya muram, mata membengkak tanda  menangis semalaman.Tampak banyak karangan bunga dan para pelayat yang sudah berdatangan untuk menyampaikan rasa belasungkawa. Naira hanya membalas dengan senyum pendek, datanglah Reyhan tepat sebelum keberangkatan mereka semua ke TPU.
Naira                          : Mengapa Tuhan tega kepadaku ? Aku sudah kehilangan
ibu & kakak ku, sekarang harus ayah ku juga? Bagaimana aku akan hidup? (menangis lagi, Reyhan pun memberikan sapu tangannya ke Naira). Naira mau ikut kalian aja, tidak mau disini, Naira tidak akan sanggup hidup sendiri disini .... Selamat ulang tahun Ayah (menangis meneteskan air mata & menaburkan bunga di atas pusaran makam ayahnya).
       Hujan mulai mengguyur tempat itu. Reyhan membantu Naira untuk berdiri lalu mengajak Naira pergi dari sana karena hujan yang semakin deras. Sesampainya di mobil, Reyhan menyalakan mesin mobilnya dan melaju mengantar Naira pulang, di mobil ia mencoba mencairkan suasana yang sangat sunyi dan dingin itu.
Reyhan                       : Hei, kok diam aja dari kemarin ?
Naira                          : Apa dengan bicara bisa buat ayahku kembali, mengapa
Tuhan tidak adil sama aku? Aku sudah cukup kehilangan ibu dan kakakku, sekarang? Apa aku juga harus kehilangan ayahku? Ini seperti mimpi buruk yang beruntun menerpaku.(Mengusap air matanya yang jatuh lagi).
Reyhan                       : Tuhan tidak akan  memberi ujian melebihi batas
kemampuan kita, ia hanya mau melihat seberapa taqwa-nya, sabarnya, dan kuatnya kita.
Naira                          : Tetap saja, apa harus Tuhan membiarkanku hidup sendiri?
Tanpa ayah, ibu dan kakak ? Harus dengan siapa aku hidup? Kamu tentu tidak akan mengerti perasanku sekarang? (banyak pertanyaan yang kini berada dalam benak Naira).
Reyhan                       : Percayalah aku jauh lebih mengerti, kamu seharusnya
bisa bersyukur, diluar masih jauh lebih banyak orang yang tidak seberuntung kamu. Oke, aku akan bawa kamu ke suatu tempat yang akan membuat kamu lebih mensyukuri  hidup yang kamu miliki sekarang. (memutar mobil  menuju suatu tempat).
       Sampailah mereka di depan suatu panti asuhan yang kondisinya tidak begitu baik. Reyhan turun dari mobil menuju dimana anak-anak sedang bermain dan ia mengikuti anak tersebut bermain dengan bahagia. Sedari Naira turun dari mobil, Naira mengalihkan pandangannya ke arah Reyhan sambil tersenyum atas kekonyolannya. Naira melihat seorang anak laki-laki dikursi roda dan ia pun mendekatinya.
Naira                                     : Dik, kenapa sendirian tak main bersama yang lain?
Anak kursi roda (Rahmat) : Untuk apa aku bersama mereka? Mereka dan aku
berbeda. Mereka bisa berlari kesana kemari, sedangkan aku? Aku tidak bisa. Lagipula aku lebih suka sendiri dan membayangkan masa-masa indahku bersama ayah dan ibuku yang sekarang sudah tiada.
Naira                         : (Naira terdiam sebentar, karena ia merasa senasib
dengan anak tersebut). Eh kamu jangan ngomong begitu, belum tentu mereka tidak mau main bersamamu. Kemarin, aku juga berpikiran sama denganmu, tapi buat apa kita berlarut-larut dalam kesedihan? Ngomong-ngomong, nama kamu siapa? Aku Naira.(mengulurkan tangan).
Rahmat                      : (menyambut tangan Naira) namaku Rahmat.
       Tak lama setelah perbincangan itu, ibu pengurus panti asuhan itu datang menyapa Naira dan Rahmat.
Ibu panti                    : Nak Naira, biarkan saja Rahmat sendiri.
Naira                          : Tidak apa, bu!
Ibu panti                    : Rahmat orangnya agak sensitif dan juga pendiam. Rahmat
menjadi begitu semenjak kecelakaan yang menimpanya 2 tahun yang lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuanya dan membuatnya lumpuh. Pihak panti asuhan tak dapat membantu Rahmat lebih banyak dikarenakan keterbatasan dana, untungnya ada Reyhan yang selalu membantu kami disini dan menjadi tulang punggung disini. Kami sangat berterimakasih kepada Reyhan.
Naira                          : Oh, ternyata nama laki-laki itu Reyhan. Benar
kata Reyhan, ternyata masih banyak orang yang tak seberuntung aku (katanya dalam hati).
Ibu panti                    : Ngomong-ngomong, Rahmat juga mempunyai bakat
melukis lho nak. Setiap ia sudah menyelesaikan lukisannya, nak Reyhanlah yang menjualnya ke seniman-seniman yang ia kenal dan uangnya bisa bantu untuk membeli keperluan kami semua.
Naira                          : Jadi, selama Rahmat sendiri, ia mengekspresikan
perasaannya dengan membuat lukisan ya? Sangat menarik, bu. Nanti Naira kenalkan ya dengan teman Naira yang mengerti di bidang seni.
Ibu panti                    : Ide bagus itu, nak. Sudah dulu ya, ibu kebelakang dulu
mau menyiapkan makan malam.
Naira                          : Naira bantu ya, bu? Boleh kan?
Ibu panti                    : Ya, dengan senang hati, nak. (menuju ke dapur).
       Setelah selesai acara makan malam, Naira dan Reyhan berpamitan dengan ibu panti dan juga anak-anak tersebut untuk pulang. Saat di dalam mobil, Naira mencoba untuk mengajak Reyhan berbicara.
Naira                          : Kamu Reyhan, kan? Maaf ya dari kemarin aku diamin
kamu terus. (sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal).
Reyhan                       : Tidak apa-apa kok, aku paham keadaanmu kemarin.
Naira                          : Terima kasih kalau kamu bisa paham. (tersenyum kecil)
Ngomong-ngomong, kamu tinggal di panti asuhan itu ya?
Reyhan                       : Iya, disana banyak anak kecil dan ramai, aku senang
 bermain dengan mereka. (menggaruk-garuk kepala juga yang sebenarnya tidak terasa gatal).
Naira                          : Oh, aku juga senang sama anak kecil, kapan-kapan kamu
ajak aku kesana lagi ya dan juga apa yang kamu bilang sama aku sebelumnya itu benar.
Reyhan                       : (mengingat-ingat apa yang ia katakan) Emang apa yang
 aku katakana ke kamu sebelumnya? Aku lupa. Maklum (tertawa kecil).
Naira                          : Dasar, pikun.Ternyata masih banyak orang yang lebih
susah dan tak seberuntung aku.
Reyhan                       : Aku mau nanya boleh ?
Naira                          : Apa? (memberi ekspresi muka kebingungan)
Reyhan                       : Kamu mau gak jadi sahabat aku?
       Tanpa menjawab, Naira hanya mengangguk pelan tanda setuju. Sepanjang perjalanan pulang, mereka berbagi tawa, ceria dan juga cerita. Sesampainya di Rumah Naira, Reyhan berpamitan untuk pulang. Hari ini, Reyhan berhasil membuat Naira tertawa seperti sedia kala dan semoga saja akan bertahan sampai selamanya.
***
       Sudah setahun kebersamaan Reyhan dan Naira. Reyhan selalu menemaninya, membantunya ketika Naira membutuhkan sesuatu. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Tepat pagi hari ini, jadwal manggung Naira kosong, dan dimanfaatkan Reyhan untuk mengajaknya ke suatu tempat. Mobil Reyhan berhenti tepat di depan sebuah taman ilalang yang indah.
Naira                          : Wah! Indah sekali, Rey! (merentangkan kedua tangannya
 lebar-lebar sambil menghirup udara segar disana).
Reyhan                       :  Apakah kamu suka tempat ini?
Naira                          : Ya, suka banget! Tempat ini sangat damai, jarang
ditemukan di kota. Ngomong-ngomong, tempat apa ini?
Reyhan                       : Tempat ini selalu ingatin aku sama kakak aku, Rifqi.
Naira                          : Oh, sekarang dimana dia? Kenalin aku sama dia ya,
kalau ada waktu.
Reyhan                       : Dia sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan,
disini tempatnya.(mengingat-ingat kenangan mereka).
Naira                          : Maaf ya, aku tidak tahu soal itu. Aku turut berduka.
(menundukkan wajahnya karena ia telah salah ucap)
Reyhan                       : Sudah, tidak apa-apa. Aku ajak kamu kesini karena
 kakakku bilang tempat ini tempat yang sangat istimewa jadi aku bawa kamu kesini karena sekarang kamu orang yang istimewa bagiku.
       Entah mengapa kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Reyhan membuat detak jantung Naira berdetak kencang. Naira berlari ke tengah taman itu dan lalu bermain-main dengan ilalang, sedangkan Reyhan kembali ke mobilnya untuk mengambil kamera lalu mengambil beberapa foto Naira, dan sebaliknya, seharian mereka bersama ditempat indah itu. Sesudah itu mereka duduk tepat berhadapan dengan indahnya pemandangan sunset.
Naira                          : Indah sekali ya, aku sangat senang kamu mau mengajakku
ke sini, terima kasih ya Rey.
Reyhan                       : Kan aku sudah bilang kamu itu adalah orang yang
istimewa jadi aku ajak kamu kesini.
       Pipi Naira berubah kemerahan. Entah apa yang salah dengan perkataan Reyhan tadi, tapi ia memustuskan untuk tidak memikirkannya.
Reyhan                       : Ayo kita pulang, sudah mulai malam nih. (berdiri dan
mengajak Naira).
Naira                          : Iya, ayo. (menyambut ajakannya).
       Masuklah mereka ke dalam mobil dan langsung menuju ke Rumah Naira. Setelah tiba di rumah Naira.
Naira                          : Terima kasih sekali lagi ya Rey. Karena kamu telah
 membuat aku tersenyum lagi.
Reyhan                       : Iya, ini sudah menjadi tanggung jawabku memenuhi
amanah dari ayahmu dan juga amanah dari perasaanku.
Naira                          :  Sebelum kamu pulang, aku punya sesuatu untuk kamu
 dan Rahmat (merogoh sebuah kotak dalam mobil)
Reyhan                       : Apa? Jadi penasaran ini aku.(memasang raut muka
bingung).
Naira                          : Tadaaa .... 2 lembar tiket menghadiri acara Award For
 Artist, disitu aku akan tampil dan kamu bisa langsung mengenalkan Dr. Frans ke Rahmat, kamu ingat tidak kalau kita pernah kasih lihat lukisan Rahmat ke Dr.Frans dan ternyata Dr. Frans suka dengan lukisan tersebut. (serentetan kata yang di ucapkan dengan nada antusias).
       Reyhan terdiam melihat dua undangan itu, tak tahu harus berkata apa. Ia hanya terkejut karena Naira mau mengundangnya untuk datang ke acara bergengsi itu.
Naira                          : Lho, kok jadi diam sih? Kamu tidak suka ya?
Reyhan                       : Aku hanya tidak percaya pianis terkenal dan sehebat kamu
mengundangku untuk datang ke acara bergengsi seperti itu. Terima kasih ya.
Naira                          : Aku yang seharusnya berterima kasih, Rey.
Karena Tuhan telah mempertemukan kita disaat aku membutuhkan seseorang sepertimu, karena kamu senyuman di bibirku ini kembali merekah seperti dulu. Terima kasih ya, Rey. (ucapnya dengan lembut).
Reyhan                       : Sudah ah, aku jadi malu. (memasang tampang konyol
 dimukanya). Dan juga aku punya dua permintaan untukmu.
Naira                          : Apa? Jika bisa kupenuhi akan kupenuhi dengan senang
                                      hati.
Reyhan                       : Yang pertama, aku mau kamu mainin satu lagu pada
acaramu nanti. (menyerahkan secarik kertas berisikan not-not lagu).
Naira                          : (mengambil kertas yang Reyhan berikan dan membacanya
 sekilas). Especially For You? Kedengarannya itu lagu yang bagus.
Reyhan                        : Iya lah, itu kan lagu kesukaan ku (disambut tawa
Naira dan Reyhan).
Naira                           : Percaya diri sekali ya kamu, eh iya kata kamu ada dua
 Permintaan, ini baru satu, satunya lagi?
Reyhan                        : Oh iya, sampai lupa. Yang kedua, sehari setelah acara
itu kamu harus ajak semua anak panti asuhan ke pantai dan aku punya kejutan untukmu.
Naira                          : Siap, pak! (memberi tanda hormat). Kalau cuma itu sih
kecil, aku bisa kok. Tapi kamu harus janji sama aku kalau kamu akan datang ke acara penghargaan itu.
Reyhan                       : Hanya itu? Aku akan datang, lihat saja.
Naira                          : Oke, aku tunggu kamu nanti malam ya, jangan sampai
 Terlambat ya. (melambaikan tangan ke arah Reyhan).
       Reyhan hanya membalas perkataan Naira dengan satu senyuman lalu menancap gas mobilnya dan pergi. Di kamar, Naira mencoba memainkan nada yang diberikan oleh Reyhan dan berharap yang terbaik untuk penampilanya besok.
***
       Tak terasa, acara itu pun sudah ada di depan mata. Naira sudah berada di ruang ganti yang sedang diberikan polesan make up oleh penata rias terkenal di ibu kota dan dibalut gaun bewarna merah muda pendek polos, sedangkan rambutnya yang hitam panjang dibiarkan digerai rapi.
Naira                          : Apa ini sudah cukup? (melihat wajahnya di kaca).
Penata rias                 : Iya, non. Sudah terlihat sangat cantik dan sangat anggun.
Naira                          : Terima kasih.
       Sementara itu, di panti asuhan, tampak Reyhan tengah melihat dirinya di depan cermin yang sedang merapikan tuksedonya agar tampak rapi. Setelah memastikan ia sudah tampak rapi, ia mengambil kunci mobilnya dan langsung pergi. Rahmat dan ibu panti sudah terlebih dahulu pergi ke acara tersebut, dan mungkin sudah sampai di sana.
Pembawa acara         : Selamat malam para hadirin sekalian!(berhenti sejenak
untuk mengambil jeda). Acara ini merupakan rutinitas setiap tahun untuk memberikan penghargaan atas karya karya anak bangsa, acara ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi atas karya seni di Indonesia. Dr. Frans, selaku ketua dan penyelengara acara, selamat malam. Dan para hadirin sekalian, langsung saja kita saksikan pertunjukan malam ini. (disambut tepukan tangan meriah para penonton).
       Dr. Frans yang duduk di bangku VIP melihat pembawa acara sekilas lalu bertepuk tangan. Acara dimulai dengan persembahan-persembahan menakjubkan dari  anak bangsa, dan sekarang tiba giliran Naira untuk menunjukkan kebolehannya. Naira membungkukkan badan memberi salam, sesekali ia melihat bangku VIP dengan harap-harap cemas.
Naira                          : (berjalan ke arah piano). Mana nih Reyhan, tidak tampak
batang hidungnya (bisik Naira dalam hati lalu mendesah  kecewa).
       Lalu dengan perlahan Naira memulai menekan tuts pianonya yang menghasilkan suara merdu, ia memainkan not-not lagu yang diberikan oleh Reyhan, para hadirin pun seakan terbuai dengan lantunan lagu tersebut. Dari kejauhan tampak mobil berkecepatan tinggi yang dikemudikan Reyhan.
Reyhan                       : Semoga saja tidak telat sampai ke acara itu (menambah
 kecepatan di jalan yang kebetulan sepi malam itu).
       Sampai di persimpangan jalan, Reyhan yang sibuk menghubungi Naira via pesan singkat untuk memberitahu ia akan terlambat beberapa menit, dibawah kesadarannya, ia menerobos lampu merah dan tiba-tiba datang sebuah truk dari arah sebaliknya.
Reyhan                       : Argghhhhh!! (membanting stir sangat kuat).
       Polisi yang menerima laporan warga segera menuju ke TKP untuk memeriksa dan mengamankan tempat tersebut, Reyhan dan  supir truk yang menabraknya tergeletak tak sadarkan diri di jalanan. Mereka langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh polisi dan warga setempat.
Polisi                           : (menghubungi salah satu kontak di handphone reyhan)
  Selamat malam!
Ibu panti                    : Selamat malam, dengan siapa ya ini ?
Polisi                           : Kami dari kepolisian Jakarta Timur. Apa benar Anda
 keluarga dari saudara Reyhan?
Ibu panti                    : Iya benar, ada apa ya, pak?
Polisi                           : Sekarang Reyhan berada di rumah sakit , mohon agar
keluarga atau kerabatnya dapat segera kesini.
Ibu panti                    : Baik pak, saya akan segera datang ke sana.
***
       Di gedung, Naira telah selesai membawakan not-not pemberian Reyhan.
Pembawa acara         : Ayo beri tepuk tangan yang meriah untuk bintang kita,
 Naira!(diikuti suara tepuk tangan penonton).
Naira                          : Terima kasih (membungkukkan badan tanda hormat).
Pembawa acara         : Not itu kamu ciptain sendiri? Tampaknya kamu tidak
pernah membawa lagu itu di penampilanmu sebelumnya?
Naira                          : Judulnya especially for you. Memang, aku belum pernah
 membawakannya. Not itu bukan aku yang ciptain, seseorang yang sangat berarti dalam hidupku yang memberikannya kepadaku untuk kumainkan pada acara malam ini. (mukanya memerah).
Pembawa acara         : Apakah dia orang yang kamu ceritain ke kita semua ?
(berpaling ke layar belakang yang menampilkan gambarnya bersama Reyhan).
Naira                          : (tersenyum malu) Bagaimana kalian bisa memutarkan
gambar-gambar kami? (lalu berpaling ke arah kursi Reyhan yang dari tadi belum juga datang). Kemana ya Reyhan. (tanyanya dalam hati).
       Acara pun telah selesai, kini Naira berada di belakang panggung, Naira membuka  ponselnya untuk membaca pesan yang ia tidak tahu dari siapa. Sebelum sempat membaca pesan yang masuk, tiba-tiba ibu panti datang dengan terengah-engah untuk menyampaikan berita yang tampaknya penting.
Naira                          : Kenapa,bu? Kelihatannya ibu cemas sekali ?
Ibu panti                    : Reyhan, nak. Reyhan. Kita harus segera ke rumah sakit.
Naira                          : Reyhan kenapa, bu?
Ibu panti                    : Ibu juga tidak tahu pasti, sekarang kita harus segera ke
 rumah sakit.
***
       Reyhan dan supir truk dalam kondisi yang sangat buruk. Mereka pun harus segera di operasi. Setelah operasi selesai, Naira dan ibu panti yang baru tiba di IGD tempat Reyhan berada, bertepatan  dengan tim dokter yang baru selesai melakukan operasi pada Reyhan.
Ibu panti                    : Dok, bagaimana kondisi nak Reyhan?
Dokter                                    : Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi denyut
nadinya semakin melemah, ia kehilangan banyak darah saat kecelakaan. Kondisi Reyhan sekarang sangat lemah hanya 1 orang yang diperbolehkan untuk melihatnya.
       Naira pun langsung berlari masuk ke dalam IGD. Ia menangis sejadi-jadinya melihat Reyhan terbaring lemah tak berdaya di ruang tersebut. Naira tak menyangka kejadian tahun lalu yang serupa terulang lagi menimpa dirinya.
Reyhan                       : Na .... Nai .... Nairaa .... (mengigau)
Naira                          : Iya, Rey. Aku disini. Sudah, kamu istirahat saja ya jangan
 banyak bicara dulu. (sesegukan).
Reyhan                       : Naira. Maaf aku tidak bisa datang ke acaramu dan
membuatmu cemas lagi.
Naira                          : Kamu tidak pernah buat aku cemas kok Rey, kamu harus
sembuh ya, aku akan menunggumu disini. (menangis meneteskan air mata).
Reyhan                       : Jangan lupa ya permintaanku yang kedua.
Naira                          : Iya. Aku pasti akan datang, tetapi bersamamu.
Reyhan                       : Apapun yang terjadi, kamu harus datang. Kumohon.
(Reyhan menghembuskan nafas terakhirnya).
Naira                          : Reyhan!! Dokter! Dokter! Dokter! (berteriak
sambil menangis sejadi-jadinya).
       Dokter pun datang memeriksa Reyhan, ternyata Reyhan telah tiada. Reyhan telah pergi meninggalkan Naira selamanya.
***
       Di pemakaman banyak karangan bunga menghiasi tanah yang masih basah itu. Reyhan telah dikebumikan. Naira tak dapat mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya termenung melihati nisan yang terukir nama Reyhan Pratama bin Surya Pratama. Para pelayat sudah meninggalkan tempat itu dan kini hanya tinggal Naira bersama ibu panti.
Ibu panti                    : Sudah nak, ayo kita pulang. Ibu yakin Reyhan pasti sudah
 bahagia di sana dan ia pasti tidak ingin melihatmu bersedih terus-menerus.
Naira                          : Selamat jalan, Rey. Sekarang kamu sudah bersama
dengan ayah, ibu dan kakakmu. Kamu pasti lebih bahagia disana.
       Sore harinya, Naira menepati janjinya untuk pergi ke pantai bersama anak-anak panti asuhan. Pada saat anak-anak bergembira bermain dengan pasir dan air pantai, Naira duduk termenung memikirkan Reyhan dibawah sebuah pohon, tiba-tiba ada seseorang yang ia tidak kenal memberikan sebuah botol kepadanya.
Orang pantai             : Nak, ini ada titipan untukmu.
Naira                          : (membuka surat yang ada dalam botol tersebut)
                                      Reyhan ....

        Ternyata isi dalam surat botol itu adalah surat dari Reyhan






Nai ....
Kamu pasti sudah di pantai?
Gimana pantainya? Pasti seru main air dan pasir bersama anak-anak panti
Kita memang baru kenal selama setahun belakangan ini
Kamu percaya tidak kalau ada cinta pada pandangan pertama?
Kalau aku percaya hal itu
Saat aku melihatmu pertama kali di rumah sakit, aku sudah yakin bahwa kamu akan bersamaku
Terima kasih ya untuk satu tahun yang kamu berikan
Untuk mengungkapkannya, aku belum berani
Tapi satu hal yang aku ingin tanyakan sekarang
Maukah kamu menjadi orang yang selalu menemani hari-hariku?
Jawabnya jangan lama-lama, aku tunggu loh JJJ
Aku janji sama kamu akan menjagamu
Sampai akhir hidupku
...Reyhan...

Naira                          : (tersenyum haru dalam hati melihat isi surat dalam botol
                                       itu).Ya, aku mau, Rey (menjawab dalam hati).

         Matahari sudah hilang dari peraduannya, sebelum mereka memutuskan untuk pulang, anak panti berseru ke arah pantai Selamat jalan, kak Reyhan, kakak akan selalu ada di dalam hati kami. Setelah itu mereka pulang. Saat Naira tiba di rumahnya, ia langsung ke kamarnya dan mendengarkan lagu pemberian Reyhan.
Naira                          : (Mendengarkan lagu Reyhan) Especially
For You ....




***
Especially for you
I wanna let you know what I was going through
All the time we were apart
Thought of you
You were in my heart
My love never changed
I still feel the same
Together, together, I wanna show you,
My heart is oh so true, and all the love I
Have is especially for you



***THE END***